Vaksinasi Terhadap Unggas

Sebelumnya, pada tanggal 24 hingga 25 Januari 2014, kami melakukan survey dengan cara turun langsung ke masyarakat dan melakukan pendataan secara spesifik, yaitu dengan melakukan diskusi yang berkaitan langsung dengan peternakan, khususnya unggas. Diskusi yang kami lakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya guna memudahkan kami untuk menjalankan program utama dari mahasiswa kedokteran hewan, Rahmadiko, yaitu vaksinasi terhadap unggas.

Image

“AYAM MILIK WARGA YANG BERKELIARAN”

 

Informasi yang kami peroleh antara lain adalah jumlah unggas, keberadaan unggas, pakan unggas, kandang unggas, serta penyakit yang sering terjadi pada unggas tersebut. Hal-hal diatas adalah faktor penentu dari sehat atau tidaknya unggas tersebut, sampai keberhasilan peternak dalam memanajemen unggasnya. Warga desa Paya Tungel pada umumnya memiliki unggas, tapi tidak dalam jumlah yang banyak. Jumlah unggas warga Paya Tungel berkisar sekitar 300 ekor. Sebagian warga Paya Tungel hanya memiliki 5 atau 10 ayam, namun ada juga yang memiliki hingga 25 ekor ayam. Unggas warga tersebut pada umum nya tidak dikandangkan, melainkan di lepas di pemukiman warga sampai kebun kopi. Pakan ternak di desa Paya Tungel ini tidak menggunakan pakan yang dibuat oleh pabrik, melainkan menggunakan pakan tradisional seperti ampas padi, nasi sisa, dan jagung. Masyarakat di desa ini menggunakan kandang biasa, yaitu kandang yang dibuat dari papan dan balok-balok lebih, serta ada juga yang menggunakan tenda biasa.

Image

“PERSIAPAN MENANGKAP AYAM UNTUK DI BERI VAKSIN”

 

Menurut informasi yang kami temukan dari masyarakat, unggas di desa ini sering terjangkit penyakit Newcastle Disease (ND) dan flu burung (H5N1), dengan gejela seperti bersin-bersin, batuk, sukar bernafas, megap-megap dan ngorok, gejala syaraf berupa sayap terkulai, kaki lumpuh (jalan terseret), jalan mundur (sempoyongan), serta kepala dan leher terpuntir (torticoles) yang merupakan gejala khas penyakit ini. Kemudian gejala pencernaan meliputi feses berwarna hijau, jaringan sekitar mata dan leher bengkak, pada ayam petelur produksinya berhenti, kalau sudah sembuh kualitas telurnya jelek, warna abnormal, bentuk dan permukaannya abnormal, serta putih telurnya encer. Hal ini disebabkan karena organ reproduksinya tidak dapat normal kembali. Umumnya kematian anak ayam dan ayam muda lebih tinggi dibandingkan ayam tua.

Image

“WARGA DESA IKUT MEMBANTU DALAM KEGIATAN VAKSINASI”

 

Akhirnya pada hari Minggu, tanggal 26 Januari 2014, kami melakukan program vaksinasi terhadap unggas di desa Paya Tungel, tepatnya di dusun Paya Empan dan dusun Ramung Payung, dengan mengunakan vaksin ND (Newcastle Disease) yang dibantu oleh Dinas Peternakan dan Perikanan.

Image

“VAKSIN INTRA MUSCULUS”

 

Penyakit Newcastle Disease (ND) itu sendiri adalah penyakit pada unggas besar yang fatal (mematikan). Di Indonesia, penyakit ini juga populer dengan sebutan tetelo, berasal dari bahasa Jawa, thethelo. Penyebaran penyakit ini biasanya melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit dan kotorannya, melalui ransum, air minum, kandang, tempat ransum/minum, peralatan lainnya yang tercemar oleh kuman penyakit, melalui pengunjung, serangga, burung liar, dan angin/udara (dapat mencapai radius 5 km). Virus ND ditemukan dalam jumlah tinggi selama masa inkubasi sampai masa kesembuhan. Virus ini terdapat pada udara yang keluar dari pernafasan ayam, kotoran, telur-telur yang diproduksi selama gejala klinis, dan dalam karkas selama infeksi akut sampai kematian. Berhubung penyakit ND disebabkan oleh virus, maka sampai saat ini belum ada jenis obat yang efektif dalam menyembuhkan penyakit ini. Penanggulangan penyakit ND hanya dapat dilakukan dengan dengan tindakan pencegahan (preventif) melalui program vaksinasi yang baik. Ada dua jenis vaksin yang dapat diberikan, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif berupa vaksin hidup yang telah dilemahkan, diantaranya yang banyak digunakan adalah Strain Lentogenic, terutama vaksin Hitchner B-1 dan Lasota. Vaksin aktif ini dapat menimbulkan kekebalan dalam kurun waktu yang lama sehingga penggunaan vaksin aktif lebih dianjurkan dibanding vaksin inaktif. Program vaksinasi harus dilakukan dengan seksama dan diperhatikan masa kekebalan yang ditimbulkan. Vaksinasi pertama sebaiknya diberikan pada hari ke 4 umur ayam. Vaksinasi lanjutan pada umur 4 minggu dan selanjutnya tiap 4 bulan sesuai kebutuhan.

Image

“VAKSIN TETES”

Leave a comment